Subtema 3 : Sikap kepahlawanan
Pembelajaran : 5 (Empat
) dan 6 (Enam)
Hari / Tanggal : Selasa / 01 Desember 2020
IPS
Materi Ajar
Sultan Iskandar Muda merupakan sultan yang paling besar dalam masa
Kesultanan Aceh, yang berkuasa dari tahun 1607 hingga 1636. Iskandar Muda lahir
di Aceh, Banda Aceh pada tahun 1593 atau 1590 dan wafat di Banda Aceh, Aceh
pada 27 September 1636.
Pada masa kepemimpinann Iskandar Muda, Kesultanan atau Kerajaan
Aceh mencapai kejayaannya, dimana daerah kekuasaannya yang semakin besar dan
reputasi internasional sebagai pusat dari perdagangan dan pembelajaran tentang
Islam. Nama Sultan Iskandar Muda diabadikan sebagai nama bandar udara yaitu
Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda di Aceh.
Ibunya, bernama Putri Raja Indra Bangsa, yang juga dinamai Paduka
Syah Alam, adalah anak dari Sultan Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh ke-10; di
mana sultan ini adalah putra dari Sultan Firman Syah, dan Sultan Firman Syah
adalah anak atau cucu (menurut Djajadiningrat) Sultan Inayat Syah, Raja
Darul-Kamal.
Putri Raja Indra Bangsa menikah dengan upacara besar-besaran
dengan Sultan Mansur Syah, putra dari Sultan Abdul-Jalil, di mana Abdul-Jalil
adalah putra dari Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahhar, Sultan Aceh ke-3
SBdP
Materi
Ajar
Maju
Tak Gentar
Maju
tak gentar membela yang benar
Maju tak gentar hak kita diserang
Maju serentak mengusir penyerang
Maju serentak tentu kita menang
Bergerak "bergerak"
Serentak "serentak"
Menerjang, menerkam, terjang
Tak gentar "tak gentar"
Menyerang "menyerang"
Majulah majulah menang
Maju
tak gentar membela yang benar
Maju tak gentar hak kita diserang
Maju serentak mengusir penyerang
Maju…
Bahasa Indonesia
Materi Ajar
Sultan Hasanuddin (lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 – meninggal
di Gowa, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39
tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan
pahlawan nasional Indonesia yang terlahir
dengan nama Muhammad Bakir I
Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape sebagai nama
pemberian dari Qadi Islam Kesultanan Gowa yakni Syeikh Sayyid Jalaludin bin
Ahmad Bafaqih Al-Aidid, seorang mursyid tarekat Baharunnur Baalwy Sulawesi
Selatan yang juga adalah gurunya, termasuk guru tarekat dari Syeikh Yusuf
Al-Makassari. Setelah menaiki Takhta, ia digelar Sultan Hasanuddin, setelah
meninggal ia digelar Tumenanga Ri Balla Pangkana. Karena
keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Osten oleh Belanda yang
artinya Ayam Jantan dari Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Kabupaten Gowa.
Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973,
tanggal 6 November 1973.[1]
Sultan Hasanuddin, merupakan putera dari Raja Gowa ke-15, I Manuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan
Muhammad Said. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa mulai
tahun 1653 sampai 1669. Kerajaan Gowa adalah merupakan kerajaan besar di Wilayah Timur
Indonesia yang menguasai jalur perdagangan.
Pada pertengahan abad ke-17, Kompeni Belanda (VOC) berusaha
memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku setelah berhasil mengadakan
perhitungan dengan orang-orang Spanyol dan Portugis. Kompeni Belanda memaksa
orang-orang negeri menjual dengan harga yang ditetapkan oleh mereka, selain itu
Kompeni menyuruh tebang pohon pala dan cengkeh di beberapa tempat, supaya
rempah-rempah jangan terlalu banyak. Maka Sultan Hasanuddin menolak keras
kehendak itu, sebab yang demikian adalah bertentangan dengan kehendak Allah
katanya. Untuk itu Sultan Hasanuddin pernah mengucapkan kepada Kompeni "marilah
berniaga bersama-sama, mengadu untuk dengan serba kegiatan". Tetapi
Kompeni tidak mau, sebab dia telah melihat besarnya keuntungan di negeri ini,
sedang Sultan Hasanuddin memandang bahwa cara yang demikian itu adalah
kezaliman.
Pada tahun 1660, VOC Belanda menyerang Makassar, tetapi belum
berhasil menundukkan Kerajaan Gowa. Tahun 1667, VOC Belanda di bawah
pimpinan Cornelis Speelman beserta sekutunya kembali menyerang Makassar. Pertempuran
berlangsung di mana-mana, hingga pada akhirnya Kerajaan Gowa terdesak dan
semakin lemah, sehingga dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin
menandatangani Perjanjian Bungaya pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya. Gowa yang merasa
dirugikan, mengadakan perlawanan lagi. Pertempuran kembali pecah pada Tahun
1669. Kompeni berhasil menguasai benteng terkuat Gowa yaitu Benteng Sombaopu pada tanggal 24 Juni 1669. Sultan Hasanuddin
wafat pada tanggal 12 Juni 1670.
PKn
Materi
Ajar
Nilai- nilai yang terkandung dalam cerita Pahlawan Hasanuddin
1.
Rela berkorban demi
kepentingan rakyatnya
2.
Tidak mudah menyerah
3.
Berani meawan
penjajah
4.
Disiplin
5.
Cinta tanah air